Selasa, 14 Desember 2010

Mungkin,beberapa dari kalian sudah tau akan cerita yang di tulis oleh Beedle si Juru Cerita (Beedle the Bard)ini. Tapi aku akan menulisnya lagi. Entah apa yang membuatku demikian. Mungkin aku juga akan menuliskan cerita-cerita lain dari Beedle. :)

Pada zaman dulu,hiduplah 3 saudara,kakak-beradik laki-laki,yang berkelana melewati jalan panjang berliku-liku disenja hari.Pada waktunya ketiga saudara ini tiba di sebuah sungai yang terlalu dalam untuk di seberangi dengan berjalan kaki dan terlalu berbahaya untuk diseberangi dengan berenang. Meskipun demikian,ketiga saudara ini menguasai ilu sihir,maka mereka tinggal melambaikan tongkat sihir mereka da sebuah jembatan mucul diatas air yang berbahaya itu. Mereka sudah tiba di tengah jembatan ketika ternyata jalan mereka dihalangi oleh sosok berkerudung.

Dan Kematian berbicara kepada mereka.


Dia marah telah kehilangan 3 korban baru,karena para pengelana biasanya tenggelam di sungai. Tetapi Kematian licik. Dia berpura-pura memberi selamat kepada 3 saudara ini atas sihir mereka dan berkata masing-masing berhak mendapatkan hadiah karena telah cukup pintar untuk menghindarinya.

Maka si sulung,yang suka bertempur,meminta tongkat sihir yang lebih hebat daripada semua tongkat sihir yang ada. Tongkat sihir yang selalu memenangkan duel bagi pemiliknya,tongkat sihir yg layak diterima penyihir yang telah mengalahkan Kematian! Maka Kematian menyeberang ke sebatang pohon Elder di tepi sungai,membuat tongkat sihir dari dahan yang menggantung disana,dan memberikannya kepada di sulung.

Kemudian si tengah,orang yg sombongm,memutuskan dia ingin mempermalukan Kematian lebih jauh lagi,dan meminta kekuatan uantuk memanggil yang lain dari Kematian. Maka Kematian memungut sebutir batu di tepi sungai dan memberikannya kepada si tengah dan memberitahunya bahwa batu itu memiliki kekuatan untuk mengembalikan orang yang sudah mati.

Kemudia Kematian menanyai si bungsu,apa yang diinginkannya. Si bungsu adalah yang paling rendah hati dan juga paling bijaksana diantara ketiga kakak-beradik itu,dan dia tidak mempercayai Kematian. Maka dia meminta sesuatu yang bisa membuatnya melanjutkan perjalanan dari tempat itu tanpa di ikuti oleh Kematian. Dan Kematian dengan amat sangat enggan menyerahkan Jubah Gaib-nya sendiri kepada si bungsu.

Kemudian Kematiab menyisih dan mengizinkan ketiga kakak beradik itu melanjutkan perjalanan mereka,dan merekapun melanjutkan perjalanan,sambil membicarakan dengan takjub petualangan yang telah mereka alami. dan mengagumi hadiah dari Kematian.

Pada saatnya ketiga saudara ini berpisah,masing-masing menuju tujuan mereka sendiri-sendiri.

Si Sulung berjalan kira-kira seminggu lagi,dan tiba di suatu desa yang jauh,mancari penyihir kenalannya,dengan siapa ia pernah bertengkar. Tentu saja,dengan Tongkat Sihir Elder sebagai senjatanya,ia tak mungkin kalah dari duel yang akan terjadi. Meninggalkan musuhnya mati di lantai,si sulung menuju tempat penginapan. Disana ia membanggakan keras-keras kehebatan tongkat sihir yang telah diperolehnya dari Kematian,dan tentang bagaimana tongkat itu membuatnya tak terkalahkan.

Malam itu juga,seorang penyihir lain mengendap-endap mendatangi si sulung yang sedang terlelap,bersimbah anggur,di tempat tidurnya. Pencuri ini mengambil tongkat sihirnya,dan sebagai tambahan,menggorok leher si sulung. Maka Kematian mengambil si sulung sebagai miliknya.

Sementara itu,si tengah pulang kerumahnya,tempat dia hidup sendiri. Dia mengeluarkan batu yang memiliki kekuatan untuk memanggil orang mati,dan memutarnya 3 kali dalam tangannya. Betapa heran dan gembiranya dia,sosok gadis yang dulu pernah diharapkannya untuk di nikahinya sebelum gadis itu meninggal dalam usia muda,mucul seketika di hadapannya.

Meskipun demikian gadis itu sedih dan dingin,terpisah olehnya seolah oleh sehelai selubung. Walau telah kembali ke dunia orang hidup,dia sesungguhnya bukanlah bagian dari dunia itu dan menderita. Akhirnya si tengaj menjadi gila karena kerinduan yang sia-sia,membunuh diri supaya bisa benar-benar bergabung dengan gadis itu. Maka Kematian mengambil si tengah sebagai miliknya.

Namun,meski Kematian mencari si bungsu selama bertahun-tahun,dia tak pernah berhasil menemukannya. Barulah ketika telah mencapai usia lanjut,si bungsu membuka Jubah Gaib-nya dan memberikannya kepada anak laki-lakinya. Dan kemudia menyalami Kematian sebagai teman lama dan pergi bersamanya dengan senang,dan sebagai teman sederajat,mereka meninggalkan dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar